Sabtu, 15 September 2012

Perkembangan Sosio-emosional Anak

Perkembangan anak yang tidak terlepas dari hal-hal lainnya adalah emosi sang anak. Anak biasanya mempunya banyak emosi-emosi yang belum teratur. Kadang-kadang anak cepat menangis, marah, tertawa, diam, dan lainnya. Misalnya keinginan sang anak yang tidak dituruti akan marah, menangis, kemudian apabila keinginan sang anak sudah terpenuhi, biasanya anak akan merasa senang, sehingga anak akan tertawa dan tersenyum.

Selain perkembangan emosi anak, anak juga mengalami masa dimana peran sosialnya akan  dikembangkan. Misalnya dimana dia akan melakukan sesuatu yang diperhatikan banyak orang, misalnya bernyanyi, bermain, dan lainnya. Sehingga lama kelamaan, tingkah anak yang seperti itu secara tidak sadar akan menumbuhkan rasa percaya dirinya sendiri. Selain itu, anak biasanya akan mandiri, yang biasa kita lihat adalah dimana saat anak sedang disuapi makan, ia ingin makan sendiri. Hal itu tidak boleh kita larang, karena itu bisa menumbuhkan sikap mandiri sang anak. Kemudian, anak juga memiliki rasa petualangannya, misalnya ia ingin bermain ke rumah temannya yang ada disebrang jalan, sehingga ia ingin terlepas dari orang tua

Perkembangan sosio emosional anak terbagi ke dalam beberapa tahap, yaitu:
  • Tahap percaya versus curiga (trust vs mistrust), usia anak 0-2 tahun, dalam tahap ini anak akan tumbuh rasa percaya dirinya jika mendapatkan pengalaman yang menyenangkan, namun akan tumbuh rasa curiga jika anak mendapat pengalaman yang tidak menyenangkan.

  • Tahap Mandiri versus Ragu ( Autonomy vs Shame), usia anak 2-3 tahun, perasaan mandiri mulai muncul tatkala anak sudah mulai menguasai seluruh anggota tobuhnya, sifat ragu dan malu akan muncul pada tahap ini ketika lingkungan tidak memberinya sebuah kepercayaan.

  • Tahap berinisiatif versus bersalah (initiative versus guilt), usia anak 4-5 tahun. Pada masa ini anak sudah mulai lepas dari orang tuanya, anak sudah mampu bergerak bebas dan berhubungan dengan lingkungan. Kondisi ini dapat menimbulkan inisiatif pada diri anak, namun jika anak masih belum bisa terlepas dari ikatan orang tuanya dan belum bisa berinteraksi dengan lingkungan, rasa bersalah akan muncul pada diri anak.

Perkembangan Bahasa Anak

Pada masa anak-anak, selain perubahan fisik, gerak refleks, dan lainnya, ada juga masa yang paling ditunggu oleh setiap orang tua. Yaitu masa dimana seorang anak sedang belajar berbicara. Anak-anak yang biasa pertama kali ucapkan adalah huruf vokal 'a','i','u','e','o'.

Dalam masa ini sang anak merekam segala percakapan yang didengar olehnya. Dengan memiliki sifat yang penasaran, anak ingin mencoba mengucapkan hal yang sama, tetapi dengan keterbatasan awal, yaitu belum cukup mahir dalam mengucapkan kata-kata karena diakibatkan sang anak belum cukup dalam masa pencapaian perkembangan yang sesuai.

Sehingga kata-kata yang diucapkan oleh sang anak hanya terdengar huruf vokalnya saja.
Perkembangan bahasa anak usia dini terbagi ke dalam beberapa tahap, yaitu:
  • Periode prelingual, usia anak 0-1 thn, ciri utama adalah anak mengoceh untuk dapat berkomunikasi dengan orang tua, anak masih bersifat pasif saat menerima stimulus dari luar tapi anak akan menerima respon yang berbeda. Contoh: bayi akan senyum kepada orang yang dikenalnya dan menangis kepada orang yang tidak dikenal dan ditakutinya.

  • Periode Lingual, usia antara 1-2,5 tahun, dalam taha ini anak sudah mampu membuat sebuah kalimat, satu atau dua kata dalam percakapannya dengan orang lain.

  • Periode Diferensiasi, usia anak 2,5 - 5 thn, anak sudah memiliki kemampuan bahasa sesuai dengan peraturan tata bahasa yang baik dan benar. Permbendaharaan katanya sudang berkembang secara baik dilihat dari segi kuantitas dan kualitas.

Perkembangan Kognitif Anak

Tidak terlepas dari ilmu psikologi murni, ilmu-ilmu psikologi juga berkaitan dengan ilmu-ilmu lainnya, misalnya dengan biologi, sehingga ilmu tersebut dinamakan dengan biopsikologi, fisiopsikologi, neurosains, dan lain-lain.

Pada perkembangan anak pada tahap ini, anak mengalami perkembangan juga dengan biologis mereka, dari syaraf, otak, gerakan, dan lainnya. Perkembangan kognitif anak misalnya, yang akan membahas tentang gerakan, syaraf, daya ingat, dan lain-lain.

Perkembangan kognitif anak terbagi ke dalam beberapa tahap:
  • Tahap Sensorimotor, pada tahap ini kemampuan anak hanya pada gerakan refleks, mulai mengembangkan kebiasaan-kebiasaan awal, mereproduksi berbagai kejadian yang menurutnya menarik, mulai menggunakan berbagai hal atau peralatan guna mencapai tujuannya, melakukan berbagai eksperimen dan anak sudah mulai menemukan berbagai cara baru. Tahap sensorimotor terjadi saat usia 0-2 tahun.

  • Tahapan Pra-operasional, pada tahap ini anak mulai menerima berbagai rangsangan yang masih terbatas, Kemampuan bahasa anak mulai berkembang, meskipun pola pikirnya masih bersifat statis dan masih belum mampu untuk berpikir secara abstrak, persepsi mengenai waktu dan mengenai tempat masih tetap terbatas. Tahap pra-operasional berkembang saat usia anak 2-7 tahun.

  • Tahap konkret operasional, pada tahap ini anak sudah bisa menjalankan operasional dan berpikirnya mulai berpikir secara rasional. Dalam tahap ini tugas-tugas seperti menyusun, melipat, melakukan pemisahan, penggabungan, menderetkan dan membagi sudah dapat dilakukan oleh anak. Tahap konkret operasional berlangsung pada usia 7-11 tahun.

  • Tahap Formal Operasional, dalam tahap ini anak sudah mulai beranjak sebagai seorang remaja. Dalam tahap ini, anak sudah mulai berpikir secara hipotetik, yaitu penggunaan hipotesis yang relevan sudah dilakukan anak guna memecahkan berbagai masalah. Sudah mampu menampung atau berpikir terhadap hal-hal yang menggunakan prinsip-prinsip abstrak, sehingga anak sudah bida menerima pelajaran-pelajaran yang bersifat abstrak seperti matematika, agama dan lain-lain.

Psikologi anak 4-6 Tahun

Bermain adalah dunia anak pada tahapan ini. Tahapan ini merupakan dunia kesenangan bagi anak-anak.



Tahapan anak yang berikutnya adalah anak pada umur 4 sampai 6 tahun. pada tahapan atau umur ini, anak sudah mulai mengerti akan apa yang dihadapi. Ia bisa bermain, bisa mengerti keadaan seseorang (misalnya:marah, senang, sedih, dll). Anak pada usia saat ini biasanya mempunyai 'kesibukan' sendiri. Kesibukan yang dimaksud adalah dengan kegiatan bermainnya. Anak yang biasanya sudah memiliki 'kesibukan' sendiri, akan sulit untuk menanggapi seseorang yang sedang berkomunikasi dengannya.

Anak tidak dilahirkan untuk jadi “biang kerok” karena lingkungan-lah yang membentuk pribadi seperti itu.
 
Situasi emosi anak semasa kecil sangat berkiblat dari sikap ayah dan ibu. Anak yang hidup di tengah orangtua yang tidak harmonis, hampir sebagian besar, tumbuh menjadi anak bandel.
Dan alhasil anak akan mencari berbagai cara untuk keluar dari ketidakharmonisan di dalam rumah. Bila Ayah dan Ibu cepat sadar kalau anak jadi bandel karena situasi rumah, jangan putus asa untuk merangkul anak lagi.

Ajak anak bicara dari hati ke hati. Berilah penjelasan bahwa Ayah dan Ibu kerap bertengkar bukan berarti keluarga akan berpisah, tetapi lebih kepada untuk menyamakan pendapat.
Di luar menghadapi masalah itu, segeralah perbaiki komunikasi antara ayah dan ibu sehingga kuantitas pertengkaran bisa dikurangi.

Masalah menjadi rumit di saat anak semakin tak bisa dikendalikan sementara orangtua bukan berdamai malah semakin sering ribut. Anak akhirnya dikhawatirkan jadi trauma. Dia bingung memilih antara yang sikap benar atau salah. Apalagi jika Ayah maupun Ibu saling menyalahkan atas kenakalan anak.  Secara psikologis, anak akan makin tertekan. Kalau sudah begitu perlu bantuan psikolog untuk menolong anak keluar dari traumanya.

Didalam usia 4-6 tahun ini anak sudah bisa mengerti akan apa yang dihadapinya di kehidupannya baik dikeluarga maupun lingkungan sekitarnya. Tetapi bisa saja anak bisa salah mengerti, karena persepsi anak yang salah tangkap.  Maka dari itu, anak pada usia ini harus bisa dibimbing, diberikan perhatian, dan diberikan penjelasan tentang apa yang terjadi walau hanya masalah yang kecil.

Psikologi anak 1-3 Tahun

Pada anak-anak, mereka mempunyai masa-masa atau tahapan-tahapan bagi umur mereka sendiri. Pada tahapan pertama, umur anak-anak dari 1-3 tahun mempunyai kebiasaan dan kegiatan yang berbeda dengan umur dan tahapan anak-anak yang lainnya. Pada tahapan ini biasanya anak tersebut lebih mempunyai sifat malu-malu dan belum ingin mengenal orang-orang yang baru ia temui.

Ketika ada tamu datang, anak biasanya hanya mengintip dari balik tirai atau pintu. Saat sang ibu atau ayah menyuruhnya untuk keluar dan berkenalan, anak ini menggeleng. Namun ketika si tamu sudah pulang, meluncurlah beragam pertanyaan keluar dari mulut mungilnya. ”Tante tadi namanya siapa, Ma? Cantik ya, Ma? Rumahnya dimana, Ma? Kok bawa tasnya besar, Ma?

Perasaan malu sebenarnya muncul sebagai gambaran anak sudah mulai mengenal kelebihan dan kekurangan dirinya. Istilah psikologinya self-understanding atau pemahaman mengenai diri sendiri. Biasanya hal ini dimulai pada usia sekitar satu setengah tahun. Misalnya, anak sudah tahu rambutnya keriting atau lurus, tubuhnya kurus atau gemuk. Nah memasuki usia tiga tahun, seiring dengan perkembangan cara berpikirnya, anak pun sadar jika orang lain dapat menilai dirinya dengan cara tertentu.

Sebagai langkah awal untuk melatihnya berani tampil adalah dengan menciptakan kondisi agar anak sering bertemu orang lain. Perkenalkan sosialisasi sejak dini. Bagi orangtua yang sibuk bekerja, manfaatkan hari libur untuk merangsang sosialisasi si anak. Saat pergi kondangan misalnya, ajak anak ikut serta. Di sana ia akan melihat dan bertemu banyak orang, ia jadi kenal keramaian. Sekali-kali ajak anak bertandang ke tempat-tempat umum seperti taman yang letaknya tak jauh dari rumah, atau menemaninya bermain-main dengan anak tetangga.

Memberi kebebasan kepada anak mengambil keputusan juga dapat membentuk jati dirinya. Sejak usia tiga tahun kepercayaan dirinya sedang tumbuh sehingga ia merasa dapat melakukan semua sendiri. Saat itu, mulailah egonya muncul. Ia tahu apa yang bisa dilakukan dan yang tidak, hingga akhirnya ia dapat membentuk suatu konsep diri yang utuh. Bila anak merasa dapat melakukan banyak hal, konsep dirinya akan positif. Sebaliknya, kalau ia sering diserang dengan berbagai hal negatif maka anak akan susah untuk percaya diri.

Si kecil yang selalu malu bicara dengan orang lain, bisa jadi karena ia sering mendengar kata-kata seperti, “Adek jangan begitu sama Oom dan Tante, nggak baik itu. Itu nggak sopan.” Atau, tanggapan seperti, “Adek nyanyinya jangan teriak-teriak begitu, terlalu kenceng, berisik!” Hati-hati, ini juga bisa membuat anak malu bila harus melantunkan suara. Nah, jadi, orangtua juga perlu memperhatikan ucapannya buat si kecil ya..

Jadi, kita harus lebih bisa menddik anak dengan hal-hal yang menyenangkan. Dan juga sebagai orang tua harus bisa menjaga tatanan kata dalam berbicara kepada anak, agar anak tidak salah tanggap. Yang harus diperhatikan oleh orang tua adalah perlakuannya terhadap anaknya, orang tua dituntut untuk bisa mendidik anaknya ke arah yang benar. Sehingga suatu saat nanti sang anak tidak melakukan penyimpangan-penyimpangan sosial.

Tahapan-tahapan Perkembangan Anak Dalam Kehidupan Sosial

Tahapan Pertama.

Teman bermain untuk tahapan ini biasanya 5-7 tahun.
Bagi mereka, teman adalah seseorang yang mempunyai mainan yang menarik yang tempat tinggalnya dekat di sekitar mereka, dan mereka mempunyai ketertarikkan yang sama.

Kepribadian dari teman tersebut tidak menjadi masalah, yang terpenting bagi mereka adalah kegiatan dan mainan apa yang mereka miliki, persahabatan mereka akan terputus apabila salah seorang dari anak tersebut tidak mau bermain lagi dengan anak lainnya karena kejenuhan dan kebosanan, persahabatan mereka akan secepat mungkin terputus dan terbina kembali begitu saja.

Contoh percakapan yang sering kita temui pada anak-anak usia 5 sampai 7 tahun, antara lain mengenai berbagi makanan, misalnya ;
“Kalau kamu memberi saya coklat, kamu temanku lagi”
Dalam usia ini mereka dengan gampangnya mengatakan tentang berteman, biasanya percakapan mereka dimulai dengan perkataan “namamu siapa ? dan namaku......” dan mereka bisa begitu saja berteman setelah saling mengetahui nama masing-masing.


Tahapan Kedua.


Teman bermain dan membangun kepercayaan, untuk usia anak antara 8 sampai 10 tahun.
Dalam usia mereka ini, pengertian teman sedikit lebih luas dari pada tahapan pertama, karena arti teman bagi mereka sudah melangkah ke perasaan saling percaya, saling membutuhkan dan saling mengunjungi.

Dalam tahapan ini seorang anak untuk mendapatkan teman tidak segampang anak pada tahapan pertama, karena mereka harus ada kemauan berteman dari kedua belah pihak.
Mereka tidak akan mau berteman lagi setelah di antara mereka timbul masalah, seperti ;
   - Salah seorang di antara mereka ada yang melanggar janji ;
   - Salah seorang di antara mereka ada yang terkena gosip ;
   - Salah seorang di antara mereka tidak mau membantu, disaat temannya tersebut
     membutuhkan pertolongan.

Percakapan yang sering kita temui pada fase kedua ini, misalnya ;
“Kenapa kamu pilih dia sebagai temanmu ?”
Dalam fase ini, seorang anak tidak mudah menjalin persahabatan, biasanya persahabatan tersebut terjadi setelah beberapa saat mereka saling mengenal baik baru mereka akan menjalinnya, kadang persahabatan mereka bisa sampai usia dewasa, kadang juga terputus tergantung factor apa yang terjadi selama persahabatan mereka.


Tahapan Ketiga.


Terjadi pada anak usia 11 sampai 15 tahun.
Bagi mereka arti teman tidak hanya sekedar untuk bermain saja, di sini seorang teman harus juga bisa berfungsi sebagai tempat berbagi pikiran, perasaan dan pengertian.

Pada tahapan ini persahabatan memasuki stadium yang sangat pribadi, karena pada umumnya mereka sedang mengalami masa puber dengan permasalahan psikologis seperti depresi, rasa takut, problem di rumah, atau problem keuangan yang terjadi pada mereka, biasanya mereka lebih tahu permasalahan psikologis tersebut dibandingkan dengan orang tua mereka sendiri.

Persahabatan pada tahapan ini bisa berubah seiring dengan berjalannya usia mereka, dari sekedar teman bermain, kemudian berkembang menjadi teman berbagi kepercayaan dan teman berbagi emosi.
Persahabatan tersebut biasanya terputus karena salah seorang dari mereka pindah rumah atau
melanjutkan sekolah di kota lain.

Percakapan di antara mereka yang sering kita dengar pada fase ini, misalnya ;
“Kita butuh teman yang baik, karena kita bisa berbagi ceritera di mana orang lain tidak perlu tahu, teman yang baik akan memberi nasihat atau jalan keluar yang terbaik”

 Pentingnya Persahabatan Untuk Perkembangan Sosial Anak-Anak
- Populer atau Tidak Populer dan Apa Akibatnya
Di dalam lingkungan sekolah dasar, biasanya ada anak yang populer dan tidak populer, baik anak tersebut lebih menonjol karena kepintaranya atau pun karena hal yang lainnya.
Mereka mendapat perhatian lebih, seperti selalu diundang dan hadir di pesta ulang tahun temannya sedangkan yang tidak populer tidak pernah diundang.

Untuk mengetahui lebih jauh tentang hubungan sosial anak populer dan tidak populer di dalam kelas, seorang guru atau kita, dapat mengajukan beberapa pertanyaan kepada mereka,
seperti ;
   - Dengan siapa kamu mau pergi tamasya ?
   - Dengan siapa kamu mau duduk ?

Ternyata anak populer lebih banyak disebut dan anak tidak populer jarang atau sama sekali tidak disebut.
Untuk lebih mengetahui anak populer dan tidak populer, pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dikembangkan lagi dengan pertanyaan-pertanyaan negatif dan pertanyaan-pertanyaan positif.
Dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut, kita bisa lebih cepat mengetahui mana anak populer dan mana anak yang tidak populer dan juga kita bisa lebih cepat mengetahui serta membantu mengatasi problem si anak pada stadium yang masih belum terlalu jauh.

Jumat, 14 September 2012

Faktor-faktor penting yang mempengaruhi psikologis anak dalam status sosial

1. Cara orang tua mendidik dan membina anak
Seorang anak yang di didik oleh orang tuanya dengan penuh kasih sayang biasanya anak tersebut memiliki kepercayaan diri yang tinggi, dan mereka akan sangat mudah mengembangkan hubungan sosial dengan lingkungan dan orang-orang yang ada disekitarnya.

Lain halnya dengan seorang anak yang di didik oleh orang tuanya dengan tidak ada kasih sayang dan kasar sehingga anak tersebut memiliki trauma, biasanya anak tersebut sulit dikendalikan, memiliki masalah, akan sulit dalam beradaptasi dengan lingkungan dan orang-orang yang ada disekitarnya, dan biasanya anak-anak tersebut lebih cenderung melakukan hal-hal yang dianggap mereka bisa memberikan kepuasan tanpa memperdulikan apa yang sedang mereka hadapi.




2. Urutan Kelahiran
Urutan kelahiran juga mempengaruhi status sosial anak, karena biasanya anak yang pertama lebih di didik untuk bisa mandiri, bisa melindungi, menyayangi, dan membantu adik-adiknya, sedangkan anak yang muda lebih sering diperhatikan oleh orang tua, dana agak dimanjakan. Sehingga kepribadian setiap anak tersebut akan berbeda-beda.



3. Keahlian dan Keterampilan Dalam Mengambil Peran
Dalam kehidupan sosial seorang anak harus dituntut bisa memahami status dan peran sosialnya. Biasanya anak yang memiliki intelligensi atau kecerdasan yang baik lebih ahli dan terampil dalam memahami status sosialnya dan berperan baik dalam kehidupan sosial, sehingga anak tersebut bisa berkembang dan bisa memiliki kepribadian yang mantap.

Berbeda dengan anak yang memiliki kekurangan dalam kecerdasan, biasanya anak ini lebih suka berdiam diri, dan menunggu akan perintah-perintah yang diberikan dalam berperan di lingkungan sosialnya. Sehingga anak ini perkembangan kepribadiannya terhambat.


4. Nama
Didalam lingkungan anak-anak, sebuah nama dapat mempengaruhi psikologis anak. Karena nama seorang anak yang dapat diasosiasikan dengan suatu hal yang buruk dapat memberikan pengaruh negatif terhadap anak. Misalnya nama tersebut hampir mirip dengan suatu hal yang negatif pada zaman  ini, anak tersebut akan merasa rendah diri dan tersudutkan oleh hal tersebut apabila anak yang lainnya atau teman-temannya mencemooh namanya.





5. Daya Tarik
Seorang anak yang memiliki daya tarik sendiri biasanya akan menjadi seseorang yang populer dilingkungan kalangannya dibandingkan seorang anak yang tidak memiliki daya tarik. Biasanya anak yang berumur 3 tahun sudah bisa membedakan mana anak-anak yang menarik dan mana anak yang kurang menarik, dan biasanya reaksi ketertarikan pada anak sama dengan orang dewasa.
pada usia 3 tahun, anak yang menarik dan tidak menarik tidak begitu mencolok, tetapi pada saat usia anak sudah mencapai 5 tahun, hal tersebut sudah dapat terlihat jelas. Anak usia 5 tahun yang mempunyai daya tarik biasanya mendapatkan masukan-masukan yang positif sehingga kepercayaan diri mereka tumbuh. Sebaliknya, anak usia 5 tahun yang tidak memiliki ketertarikan biasanya kurang percaya diri karena masukan-masukan negatif dari lingkungannya.






6. Perilaku

Dari faktor-faktor yang lainnya, faktor yang bisa muncul dari hubungan faktor lain adalah perilaku. Anak yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi, ramah tamah, mempunyai nama yang baik, memiliki intelligensi dan kecerdasan, memiliki rasa simpati, bisa bekerja sama, suka menolong, dan masukan-masukan yang positif, biasanya memiliki perilaku yang  sempurna. Tetapi tidak menuntut kemungkinan bahwa anak tersebut bisa berubah 180 derajat. Bisa saja mereka berubah karena faktor lingkungan,pergaulan, dan pendidikan yang tidak terjaga.




Perkembangan Psikologi Anak dalam Kehidupan Sosial

          Di dunia anak-anak dalam persahabatan dan mendapatkan kawan bermain di lingkungan sekolah dan di luar lingkungan sekolah sangat berbeda dengan pengertian persahabatan yang terjadi pada orang dewasa. Untuk orang dewasa persahabatan adalah suatu ikatan relasi dengan orang lain, di mana kepercayaan, pengertian, pengorbanan dan saling membantu satu sama lainnya akan terjalin dalam periode yang lama, sedangkan di dunia anak-anak tidak seperti halnya yang terjadi pada orang dewasa, di dunia anak-anak persahabatan terjalin tidak untuk waktu yang lama, terkadang bila terjadi masalah yang kecil saja, jalinan persahabatan tersebut akan terputus.

           Perkembangan anak didalam lingkungan juga harus kita awasi, agar anak tidak terjerumus dalam hal-hal negatif yang baru ia ketahui. Didalam fase perkembangan anak, kebanyakan orang tua selalu tidak sabar dan selalu membentak anak karena anak susah diatur. Tetapi dalam fase ini, sebenarnya anak sedang melalui proses perkembangan psikologis, perkembangan dimana dia sedang memahami apa isi dunia luar. 


          Dalam fase ini anak sedang menemukan jati dirinya sebagai pemeran dalam kehidupan sosial. Sehingga pada fase ini sering anak-anak berbicara pada tumbuhan, benda-benda, binatang, maupun yang lainnya. Tetapi hal itu bukan berarti anak tersebut menyandang gelar sebagai seorang yang abnormal. Tetapi itu disebabkan karena tumbuh kembang imajinasi sang anak yang sedang berkembang.


          Sehingga diharapkan pengawasan orang tua terhadap anak sangat diperlukan, karena pada fase ini anak membutuhkan bimbingan dan penjelasan terhadap apa yang belum diketahui olehnya. Sebaiknya, para orang tua harus selalu jujur, sabar, dan memberikan penjelasan yang mudah dimengerti oleh anak agar anak nantinya tidak salah paham. Apabila anak masih belum begitu jelas, maka praktekkanlah hal yang dipertanyakan oleh anak dengan cara yang menyenangkan.

Empat Hal Yang Membedakan Perkembangan Anak dan Psikologi Anak

Seperti yang kita ketahui, makna psikologi dan perkembangan itu sangat berbeda, menurut KBBI ( Kamus Besar Bahasa Indonesia ) psikologi adalah ilmu yang berkaitan dengan proses mental, baik normal maupun abnormal dan pengaruhnya pada perilaku; ilmu pengetahuan tentang gejala dan kegiatan jiwa.

Sedangkan perkembangan menurut KBBI ( Kamus Besar Bahasa Indonesia ) adalah perihal berkembang.

Berikut adalah beberapa perbedaan antar perkembangan anak dan psikologi anak :

Pertama,
Psikologi anak lebih menitikberatkan pada isi atau hasil dari perkembangan anak, sedangkan perkembangan anak lebih kepada proses dari hal tersebut.

Kedua,
Psikologi anak kurang menekankan pada pengalaman dan peran lingkungan, sedangkan perkembangan anak lebih menekankan pada dua hal tersebut.
Ketiga,
Psikologi anak mempunyai satu tujuan utama yaitu mempelajari bidang perilaku anak yang berbeda dari anak yang satu dengan anak yang lainnya, sedangkan perkembangan anak mempunyai beberapa tujuan, yaitu menemukan perubahan karakteristik setiap usia dalam berpenampilan, perilaku, minat, dan tujuan dari suatu periode perkembangan ke periode yang lain.

Keempat,
Sebagai ganti penekenanan pada usia prasekolah dan usia sekolah anak-anak, yang dilakukan pada penelitian awal dari psikolog anak, para psikolog perkembangan anak telah memperluas bidang studinya ke dua arah, dari bayi yang baru lahir hingga anak usia puber. Pengaruh ligkungan pralahir yang menetap pada seorang anak, perkembangan anak sekarang mundur sampai ke saat konsepsi.  

Child Development oleh B. Elizabeth Hurlock

Dalam buku Child Development oleh B Elizabeth Hurlock pada tahun 1978, penelitian tentang anak pada mulanya dipusatkan pada bidang spesifik perilaku anak, misalnya bicara, emosi atau minat bermain, dan kegiatan. Nama yang diberikan untuk cabang penelitian psikologi yang baru ini adalah psikologi anak. 

Psikologi anak menunjukkan perhatian yang dipusatkan pada fenomena psikologis dari usia prasekolah dan usia sekolah anak.

Kemudian, diketahui bahwa mempelajari berbagai bidang perilaku anak pada berbagai tahapan usia tidaklah cukup. Hal ini tidak akan menambahkan pemahaman kita mengenai bagaimana pembahasan karakteristik perilaku sejalan dengan pertumbuhan anak dan apa saja yang menyebabkan perubahan itu.

Hingga kemudian “psikologi anak” berubah dan berkembang menjadi “perkembangan anak”, hal ini untuk menekankan bahwa pusat perhatian sekarang diarahkan pada pola perkembangan anak dari pada aspek perkembangan tertentu.