Sabtu, 15 September 2012

Psikologi anak 1-3 Tahun

Pada anak-anak, mereka mempunyai masa-masa atau tahapan-tahapan bagi umur mereka sendiri. Pada tahapan pertama, umur anak-anak dari 1-3 tahun mempunyai kebiasaan dan kegiatan yang berbeda dengan umur dan tahapan anak-anak yang lainnya. Pada tahapan ini biasanya anak tersebut lebih mempunyai sifat malu-malu dan belum ingin mengenal orang-orang yang baru ia temui.

Ketika ada tamu datang, anak biasanya hanya mengintip dari balik tirai atau pintu. Saat sang ibu atau ayah menyuruhnya untuk keluar dan berkenalan, anak ini menggeleng. Namun ketika si tamu sudah pulang, meluncurlah beragam pertanyaan keluar dari mulut mungilnya. ”Tante tadi namanya siapa, Ma? Cantik ya, Ma? Rumahnya dimana, Ma? Kok bawa tasnya besar, Ma?

Perasaan malu sebenarnya muncul sebagai gambaran anak sudah mulai mengenal kelebihan dan kekurangan dirinya. Istilah psikologinya self-understanding atau pemahaman mengenai diri sendiri. Biasanya hal ini dimulai pada usia sekitar satu setengah tahun. Misalnya, anak sudah tahu rambutnya keriting atau lurus, tubuhnya kurus atau gemuk. Nah memasuki usia tiga tahun, seiring dengan perkembangan cara berpikirnya, anak pun sadar jika orang lain dapat menilai dirinya dengan cara tertentu.

Sebagai langkah awal untuk melatihnya berani tampil adalah dengan menciptakan kondisi agar anak sering bertemu orang lain. Perkenalkan sosialisasi sejak dini. Bagi orangtua yang sibuk bekerja, manfaatkan hari libur untuk merangsang sosialisasi si anak. Saat pergi kondangan misalnya, ajak anak ikut serta. Di sana ia akan melihat dan bertemu banyak orang, ia jadi kenal keramaian. Sekali-kali ajak anak bertandang ke tempat-tempat umum seperti taman yang letaknya tak jauh dari rumah, atau menemaninya bermain-main dengan anak tetangga.

Memberi kebebasan kepada anak mengambil keputusan juga dapat membentuk jati dirinya. Sejak usia tiga tahun kepercayaan dirinya sedang tumbuh sehingga ia merasa dapat melakukan semua sendiri. Saat itu, mulailah egonya muncul. Ia tahu apa yang bisa dilakukan dan yang tidak, hingga akhirnya ia dapat membentuk suatu konsep diri yang utuh. Bila anak merasa dapat melakukan banyak hal, konsep dirinya akan positif. Sebaliknya, kalau ia sering diserang dengan berbagai hal negatif maka anak akan susah untuk percaya diri.

Si kecil yang selalu malu bicara dengan orang lain, bisa jadi karena ia sering mendengar kata-kata seperti, “Adek jangan begitu sama Oom dan Tante, nggak baik itu. Itu nggak sopan.” Atau, tanggapan seperti, “Adek nyanyinya jangan teriak-teriak begitu, terlalu kenceng, berisik!” Hati-hati, ini juga bisa membuat anak malu bila harus melantunkan suara. Nah, jadi, orangtua juga perlu memperhatikan ucapannya buat si kecil ya..

Jadi, kita harus lebih bisa menddik anak dengan hal-hal yang menyenangkan. Dan juga sebagai orang tua harus bisa menjaga tatanan kata dalam berbicara kepada anak, agar anak tidak salah tanggap. Yang harus diperhatikan oleh orang tua adalah perlakuannya terhadap anaknya, orang tua dituntut untuk bisa mendidik anaknya ke arah yang benar. Sehingga suatu saat nanti sang anak tidak melakukan penyimpangan-penyimpangan sosial.

1 komentar:

  1. Artikel yang bagus dan berguna untuk saya baca. Semoga bermanfaat bagi orang banyak yang membaca artikel ini. Terimakas atas informasi yang diberikan.

    Kunjungan balik blog .

    BalasHapus